
Karina aespa Disorot Knetz Gara-Gara Jaket Merah
Di era digital yang begitu cepat menyebarkan informasi, satu foto bisa menjadi sumber kontroversi besar. Hal inilah yang baru saja dialami oleh Karina aespa, salah satu member aespa yang dikenal luas bukan hanya karena bakatnya dalam bernyanyi dan menari, tetapi juga karena pengaruh fashion dan citra publiknya.
Sebuah Foto, Ribuan Interpretasi

Beberapa hari lalu, Karina mengunggah foto dirinya di Instagram, mengenakan jaket berwarna merah dengan angka “2” terpampang jelas, serta emoji mawar merah sebagai keterangan. Sekilas tampak seperti unggahan gaya biasa ala idol Korea. Namun, tidak bagi para knetz (Korean netizens).
Bagi sebagian knetz, warna merah dan angka 2 diasosiasikan dengan partai politik tertentu yang sedang bertarung di panggung pemilu. Emoji mawar merah, yang dianggap sebagai simbol partai progresif tertentu di Korea Selatan, memperkuat asumsi bahwa Karina tengah “membocorkan” preferensi politiknya secara tidak langsung. Unggahan tersebut pun segera viral dan memicu pro-kontra sengit di media sosial dan komunitas daring.
Baca juga: Viral! Pria Curi Standee Karina aespa di Malaysia, Fans Heboh – Ini Kronologinya!
Karina aespa: Klarifikasi dan Permintaan Maaf
Tak butuh waktu lama bagi Karina untuk merespons. Ia segera menghapus foto tersebut dan memberikan klarifikasi. Dalam pernyataannya, member aespa ini menyampaikan bahwa tidak ada unsur politik sama sekali dalam unggahan itu—itu hanya outfit yang ia sukai dan emoji favoritnya. Ia juga meminta maaf jika telah menimbulkan kesalahpahaman, serta berjanji akan lebih berhati-hati ke depannya.
Sayangnya, klarifikasi itu tak sepenuhnya memadamkan kontroversi. Di forum-forum online, para knetz masih terpecah dua: ada yang mendukung Karina dan menyebutnya korban overanalisis publik, ada pula yang menganggap ia kurang bijak sebagai publik figur.
Dampak pada Brand dan Industri Hiburan
Sebagai salah satu ikon fashion dan bintang iklan, Karina aespa bekerja sama dengan berbagai brand besar seperti Coca-Cola, Lotte Chilsung, hingga Prada. Meskipun belum ada pengumuman resmi dari pihak brand, rumor mengatakan beberapa di antaranya tengah mempertimbangkan kembali kerja sama mereka.
Namun banyak pula pengamat yang menyebut reaksi ini berlebihan. Menurut mereka, selebritas juga manusia yang bisa membuat kesalahan, dan insiden ini seharusnya tidak direspons secara ekstrem. Apalagi, tidak ada bukti kuat bahwa unggahan Karina benar-benar bertujuan politis.
Baca juga: Karina AESPA vs Winter: Perbandingan Visual, Bakat, dan Popularitas
Knetz dan Budaya Cancel Culture
Fenomena ini sekali lagi menyoroti betapa besar pengaruh knetz terhadap karier seorang selebritas. Budaya “cancel” yang begitu mudah terjadi bisa berdampak sangat besar, bahkan hanya karena satu unggahan yang tidak disengaja. Dalam kasus Karina, hal itu menjadi pengingat betapa pentingnya manajemen citra publik di era digital ini.
Refleksi: Publik Figur dan Kebebasan Ekspresi
Kontroversi ini juga mengundang pertanyaan lebih besar: sejauh mana seorang idol boleh berekspresi? Apakah semua aspek hidup mereka harus bebas dari simbol-simbol yang bisa ditafsirkan secara politis?
Sebagai member aespa, Karina membawa citra global yang harus dijaga. Tapi sebagai manusia biasa, ia juga berhak untuk tampil dan berekspresi dengan caranya sendiri. Mungkin, yang perlu diubah bukan hanya pendekatan para idol, tapi juga cara kita, sebagai publik, menafsirkan setiap gerak mereka.